Jumat, 13 November 2009

I don’t believe that you know about it . .

Depan rumah Rie – Jam 7.05

Semua terasa seperti dulu, seakan dia menjadi milikku lagi.

Kuketuk pintu rumahnya, kudengar seseorang membalas ucapan salamku. Itu adalah suara Reyo, kakak Rie. Aku hapal semua suara di rumah Rie. Aku mengenal keluarganya dengan baik, mereka sudah nyaris seperti saudaraku sendiri.

"hei! Apa kabar? Udah lama ga kelihatan yah?"

"iya nih. Aku mau jemput Rie. Dia ada kan?"

"masuk dulu deh. Bentar lagi pasti keluar kok, sabar aja. Kaget juga liat kamu, kan ga biasanya kamu ngajak Rie keluar. Udah lama kan, sejak kalian putus. "

"panjang deh ceritanya. Sekarang adalah kesempatanku, mungkin yang kemarin gara-gara aku ga beruntung aja. Sebenarnya semua jadi kayak gini juga karena adikmu itu. Dia nyaris membuatku gila setiap hari".

"jujur nih, aku ga setuju ma omongan kamu. Aku tahu pasti, setelah putus ma kamu, Rie pasti nangis sendirian tiap malem. Kasian juga liatnya. Terus akhirnya Rie bisa pacaran lagi sama orang lain. Sebenarnya sih aku agak kurang suka ma pacar Rie itu. Aneh juga liat style-nya yang berantakan plus mirip orang yang ga bener. Tapi gimana lagi, Rie suka sama dia kan. Lagipula aku ga bisa menilai orang dari penampilannya aja. Toh ternyata Rie sayang sama dia, dan sejauh ini ga ada masalah. Justru kamu yang aku percaya, malah putusin Rie. Jadi sebenarnya bukan salah Rie kalo dia membuatmu nyaris gila tiap hari, iya kan?"

"aku ga pernah tahu itu. Rie ga bilang apapun sama aku".

"dia ga akan pernah bilang. Aku kenal banget sifat adikku ini. Kau yang seharusnya membaca hatinya, bukan hanya menunggunya bicara. Kurasa seharusnya kau tahu itu."

Aku kehilangan kata-kata. Pembicaraan singkat ini membuka mataku bahwa mungkin memang masih ada kesempatan untukku. Otakku penuh. Aku berfikir, mungkinkah sebenarnya Rie masih mencintaiku seperti dulu?

Tapi tunggu dulu, hipotesaku kemungkinan juga salah. Jika Rie memang masih mencintaiku, kenapa dia menerima Taichou? Terus apa arti dari 'permintaan' Rie yang satu ini? Pergi bersama denganku, HANYA denganku ke tempat bintang yang notabene adalah tempat favorit kita dulu. Aku pusing, terlalu banyak pertanyaan yang berputar di otakku. Dan juga sikap diam dari Reyo seakan memberiku waktu untuk berfikir tentang semuanya.

Aku ingin menulisnya. Semua pertanyaanku pada Rie di blog milikku. Saat aku LOGIN, ternyata ada seseorang yang mengomentari postinganku yang terakhir.

"Rie-chan says . . ."

Belum sempat aku membaca, aku merasa ada orang yang mendekat ke arahku.

"hoi !! Nunggunya lama yah?"

Aku menggeleng. Buatku, bukan masalah jika Rie membuatku menunggu lama. Itu semua terbayar kok. Aku suka melihat penampilannya. Kesannya sporty tapi tetep manis. Karena aku memang tahu, itu adalah dia yang sebenarnya.

"udah yuk. Buruan berangkat, ntar kita kemaleman deh".

"biasanya juga kita kalo pulang juga malem kan?"

"iya juga sih. Udah deh, berangkat aja sekarang. Aku pengen cepet-cepet nyampe kesana nih!"

"siap!"

"kamu pake gaya kayak tentara gitu. Aneh deh!"

Aneh? Mungkin benar, dan hanya kamu yang bisa buat aku jadi aneh kayak gini Rie. . .


Tempat bintang – jam 8.00

"aku ga nyangka. Tempat ini memang punya daya tarik tersendiri yah. Rasanya aku ga pernah bosen kesini. Menurut kamu aku bener ga?"

"Rie, jujur aku seneng banget hari ini. Sebenernya aku memang kangen tempat ini. Tapi semua ga akan sama kalo aku ga kesini sama kamu. Buatku, ini adalah tempat spesial. Dan sekarang, aku akhirnya nyampe ke tempat ini lagi. Cuma kamu yang bisa memaksaku".

"aku ga tahu. Itu sebenernya pujian atau sindiran. Pujian karena aku berhasil membuatmu nyampe sini lagi atau sindiran karena aku PERNAH kesini tapi bukan sama kamu. Kamu terlalu sulit untuk kutebak. Aku bingung".

"aku cuma mau kamu membaca hatiku Rie. Menurutmu apa yang aku pikirkan sekarang? Memujimu atau menyindirmu?"

"kurasa kau memikirkan keduanya, mungkin . ."

"yah, memang aku memikirkan kedua kemungkinan itu. Buatku itu samasekali ga salah"

Dia tak menjawab. Aku melihat kearah matanya. Aku tahu, meskipun dia mengalihkan pandangannya kearah kerlip lampu di bawah sana, tapi pikirannya ga disini. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, aku tahu itu.

"jujur aku ngajak kamu kesini mau tanya sesuatu. Aku minta kamu jawab sebener-benernya. Jangan pernah bohong sama aku. Please, kali ini kamu harus janji sama aku."

"oke, mau nanya apa?"

Walaupun aku udah janji padanya, aku tetap merasa dia menyembunyikan sesuatu yang ada hubungannya denganku. Dan aku tak tahu apa.

Dia menghela nafas, aku bisa mendengarnya . .

"apa bener kamu adalah SCHIFFER?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar