Senin, 02 November 2009

Friend or foe ?

Kuputuskan untuk pulang ke rumah saja. Kuliahku sudah selesai, dan aku ga mau mengambil resiko untuk bertemu orang-orang yang tidak menyenangkan seperti Mika. Lagipula aku juga memiliki 'janji' malam ini bersama Rie. Memikirkannya saja membuatku sangat senang. Aku memikirkan harus memakai baju apa, berpenampilan bagaimana, dan apa aku harus membawa sesuatu untuk Rie atau tidak.

Lucu, karena ternyata seorang pria juga sama dengan wanita. Salah tingkah pada hal-hal kecil yang menyangkut orang yang dicintainya.

Kudengar dering handphoneku, dari Taichou. . .

"hallo"

"hoi! Katanya kamu mau pergi ma Rie yah?"

"hum, yah. Tadi waktu di kampus Rie bilang kalau dia ingin pergi ke tempat bintang, bersama aku. Dia udah bilang ma taichou?"

"udah".

Menurutku, itu adalah jawaban yang singkat sekali. Sedikit menimbulkan pertanyaan, apa yang sebenarnya Taichou pikirkan tentang aku dan Rie. Aku tak tahu, taichou setuju dengan permintaan Rie atau tidak. Jadi kurasa, aku harus bertanya padanya . .

"jadi gini, kalo aku setuju pergi sama Rie, taichou marah ga?"

"menurutmu?"

Kata 'menurutmu' adalah jawaban yang memiliki banyak arti. Bisa saja Taichou hanya bercanda, atau mungkin dia mencoba 'membaca' hatiku dari jawaban ini. Seandainya aku jadi Taichou, kemungkinan besar, dengan prosentase sekitar 90% aku akan curiga dengan semua ini. Bayangkan saja jika 'kekasihmu' pergi bersama 'mantan pacarnya' ke tempat 'kenangan' mereka. Aku tak akan terima, mengingat begitu banyak kemungkinan yang bisa timbul, termasuk jika terjadi CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI diantara mereka.

"jujur aku ga bisa menebaknya. Tapi kurasa Taichou akan curiga padaku".

"nyaris betul, meskipun agak kurang tepat. Entah kenapa, aku merasa 'cemburu' saat Rie bilang mau pergi sama kamu".

"apa menurut Taichou aku bisa dipercaya?"

"itu bukan pertanyaan. Itu sebuah kalimat yang membuatku bingung. Seandainya kujawab YA, peluangmu untuk bisa bersama Rie akan membesar. Aku tak tahu apa isi hatimu. Seandainya kamu masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu terhadap Rie, berarti aku hanya akan memberi kesempatan bagi MUSUHKU. Dan seandainya kujawab TIDAK, trus apa gunanya aku berteman denganmu? Apa aku selama ini tak bisa menilai kau bisa dipercaya atau tidak? Kau itu TEMANKU, dan seharusnya aku percaya padamu".

Taichou, seandainya kau tahu betapa aku menyayanginya. Jika kau tahu perasaanku yang sebenarnya, aku hanya akan menjadi pengkhianat bagimu. Maaf . . .

"jika aku masih memiliki rasa itu terhadap Rie, aku harus gimana?"

"ga ada. Karena aku ga akan pernah membiarkan Rie jadi milikmu".

"jadi, menurutmu apa nanti aku bisa menjemput Rie jam 7 malem di rumahnya?"

"kurasa ya"

"aku tahu kalau Taichou akan bilang gitu kok. ."

Aku mengenal Taichou, aku tahu yang ada di pikirannya. Pembicaraan tadi hanya untuk meyakinkannya bahwa aku akan tetap menjadi TEMAN baginya, bukan MUSUH. Kata-kata tadi membuat Taichou berpikir, seandainya aku berkhianat sekalipun, aku tak akan pernah menang darinya. Jadi, Taichou yakin, jika aku pergi bersama Rie, itu ga akan berpengaruh samasekali terhadap hubungan Rie-Taichou. Buat Taichou, Rie adalah miliknya, dan selamanya juga akan begitu.

"aku cinta padanya. Kau tahu itu. Aku harap kau mengerti maksudku".

"yah, aku tahu itu . ."

Tapi apa kau tahu Taichou? Menurutku, penilaianmu itu kurang tepat. Nanti kau akan sadar, bahwa aku akan membuat Rie jadi milikku, hanya aku, tanpa kau menyadarinya . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar