Jumat, 13 November 2009

I don’t believe that you know about it . .

Depan rumah Rie – Jam 7.05

Semua terasa seperti dulu, seakan dia menjadi milikku lagi.

Kuketuk pintu rumahnya, kudengar seseorang membalas ucapan salamku. Itu adalah suara Reyo, kakak Rie. Aku hapal semua suara di rumah Rie. Aku mengenal keluarganya dengan baik, mereka sudah nyaris seperti saudaraku sendiri.

"hei! Apa kabar? Udah lama ga kelihatan yah?"

"iya nih. Aku mau jemput Rie. Dia ada kan?"

"masuk dulu deh. Bentar lagi pasti keluar kok, sabar aja. Kaget juga liat kamu, kan ga biasanya kamu ngajak Rie keluar. Udah lama kan, sejak kalian putus. "

"panjang deh ceritanya. Sekarang adalah kesempatanku, mungkin yang kemarin gara-gara aku ga beruntung aja. Sebenarnya semua jadi kayak gini juga karena adikmu itu. Dia nyaris membuatku gila setiap hari".

"jujur nih, aku ga setuju ma omongan kamu. Aku tahu pasti, setelah putus ma kamu, Rie pasti nangis sendirian tiap malem. Kasian juga liatnya. Terus akhirnya Rie bisa pacaran lagi sama orang lain. Sebenarnya sih aku agak kurang suka ma pacar Rie itu. Aneh juga liat style-nya yang berantakan plus mirip orang yang ga bener. Tapi gimana lagi, Rie suka sama dia kan. Lagipula aku ga bisa menilai orang dari penampilannya aja. Toh ternyata Rie sayang sama dia, dan sejauh ini ga ada masalah. Justru kamu yang aku percaya, malah putusin Rie. Jadi sebenarnya bukan salah Rie kalo dia membuatmu nyaris gila tiap hari, iya kan?"

"aku ga pernah tahu itu. Rie ga bilang apapun sama aku".

"dia ga akan pernah bilang. Aku kenal banget sifat adikku ini. Kau yang seharusnya membaca hatinya, bukan hanya menunggunya bicara. Kurasa seharusnya kau tahu itu."

Aku kehilangan kata-kata. Pembicaraan singkat ini membuka mataku bahwa mungkin memang masih ada kesempatan untukku. Otakku penuh. Aku berfikir, mungkinkah sebenarnya Rie masih mencintaiku seperti dulu?

Tapi tunggu dulu, hipotesaku kemungkinan juga salah. Jika Rie memang masih mencintaiku, kenapa dia menerima Taichou? Terus apa arti dari 'permintaan' Rie yang satu ini? Pergi bersama denganku, HANYA denganku ke tempat bintang yang notabene adalah tempat favorit kita dulu. Aku pusing, terlalu banyak pertanyaan yang berputar di otakku. Dan juga sikap diam dari Reyo seakan memberiku waktu untuk berfikir tentang semuanya.

Aku ingin menulisnya. Semua pertanyaanku pada Rie di blog milikku. Saat aku LOGIN, ternyata ada seseorang yang mengomentari postinganku yang terakhir.

"Rie-chan says . . ."

Belum sempat aku membaca, aku merasa ada orang yang mendekat ke arahku.

"hoi !! Nunggunya lama yah?"

Aku menggeleng. Buatku, bukan masalah jika Rie membuatku menunggu lama. Itu semua terbayar kok. Aku suka melihat penampilannya. Kesannya sporty tapi tetep manis. Karena aku memang tahu, itu adalah dia yang sebenarnya.

"udah yuk. Buruan berangkat, ntar kita kemaleman deh".

"biasanya juga kita kalo pulang juga malem kan?"

"iya juga sih. Udah deh, berangkat aja sekarang. Aku pengen cepet-cepet nyampe kesana nih!"

"siap!"

"kamu pake gaya kayak tentara gitu. Aneh deh!"

Aneh? Mungkin benar, dan hanya kamu yang bisa buat aku jadi aneh kayak gini Rie. . .


Tempat bintang – jam 8.00

"aku ga nyangka. Tempat ini memang punya daya tarik tersendiri yah. Rasanya aku ga pernah bosen kesini. Menurut kamu aku bener ga?"

"Rie, jujur aku seneng banget hari ini. Sebenernya aku memang kangen tempat ini. Tapi semua ga akan sama kalo aku ga kesini sama kamu. Buatku, ini adalah tempat spesial. Dan sekarang, aku akhirnya nyampe ke tempat ini lagi. Cuma kamu yang bisa memaksaku".

"aku ga tahu. Itu sebenernya pujian atau sindiran. Pujian karena aku berhasil membuatmu nyampe sini lagi atau sindiran karena aku PERNAH kesini tapi bukan sama kamu. Kamu terlalu sulit untuk kutebak. Aku bingung".

"aku cuma mau kamu membaca hatiku Rie. Menurutmu apa yang aku pikirkan sekarang? Memujimu atau menyindirmu?"

"kurasa kau memikirkan keduanya, mungkin . ."

"yah, memang aku memikirkan kedua kemungkinan itu. Buatku itu samasekali ga salah"

Dia tak menjawab. Aku melihat kearah matanya. Aku tahu, meskipun dia mengalihkan pandangannya kearah kerlip lampu di bawah sana, tapi pikirannya ga disini. Ada sesuatu yang dia sembunyikan, aku tahu itu.

"jujur aku ngajak kamu kesini mau tanya sesuatu. Aku minta kamu jawab sebener-benernya. Jangan pernah bohong sama aku. Please, kali ini kamu harus janji sama aku."

"oke, mau nanya apa?"

Walaupun aku udah janji padanya, aku tetap merasa dia menyembunyikan sesuatu yang ada hubungannya denganku. Dan aku tak tahu apa.

Dia menghela nafas, aku bisa mendengarnya . .

"apa bener kamu adalah SCHIFFER?"

Senin, 02 November 2009

Friend or foe ?

Kuputuskan untuk pulang ke rumah saja. Kuliahku sudah selesai, dan aku ga mau mengambil resiko untuk bertemu orang-orang yang tidak menyenangkan seperti Mika. Lagipula aku juga memiliki 'janji' malam ini bersama Rie. Memikirkannya saja membuatku sangat senang. Aku memikirkan harus memakai baju apa, berpenampilan bagaimana, dan apa aku harus membawa sesuatu untuk Rie atau tidak.

Lucu, karena ternyata seorang pria juga sama dengan wanita. Salah tingkah pada hal-hal kecil yang menyangkut orang yang dicintainya.

Kudengar dering handphoneku, dari Taichou. . .

"hallo"

"hoi! Katanya kamu mau pergi ma Rie yah?"

"hum, yah. Tadi waktu di kampus Rie bilang kalau dia ingin pergi ke tempat bintang, bersama aku. Dia udah bilang ma taichou?"

"udah".

Menurutku, itu adalah jawaban yang singkat sekali. Sedikit menimbulkan pertanyaan, apa yang sebenarnya Taichou pikirkan tentang aku dan Rie. Aku tak tahu, taichou setuju dengan permintaan Rie atau tidak. Jadi kurasa, aku harus bertanya padanya . .

"jadi gini, kalo aku setuju pergi sama Rie, taichou marah ga?"

"menurutmu?"

Kata 'menurutmu' adalah jawaban yang memiliki banyak arti. Bisa saja Taichou hanya bercanda, atau mungkin dia mencoba 'membaca' hatiku dari jawaban ini. Seandainya aku jadi Taichou, kemungkinan besar, dengan prosentase sekitar 90% aku akan curiga dengan semua ini. Bayangkan saja jika 'kekasihmu' pergi bersama 'mantan pacarnya' ke tempat 'kenangan' mereka. Aku tak akan terima, mengingat begitu banyak kemungkinan yang bisa timbul, termasuk jika terjadi CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI diantara mereka.

"jujur aku ga bisa menebaknya. Tapi kurasa Taichou akan curiga padaku".

"nyaris betul, meskipun agak kurang tepat. Entah kenapa, aku merasa 'cemburu' saat Rie bilang mau pergi sama kamu".

"apa menurut Taichou aku bisa dipercaya?"

"itu bukan pertanyaan. Itu sebuah kalimat yang membuatku bingung. Seandainya kujawab YA, peluangmu untuk bisa bersama Rie akan membesar. Aku tak tahu apa isi hatimu. Seandainya kamu masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu terhadap Rie, berarti aku hanya akan memberi kesempatan bagi MUSUHKU. Dan seandainya kujawab TIDAK, trus apa gunanya aku berteman denganmu? Apa aku selama ini tak bisa menilai kau bisa dipercaya atau tidak? Kau itu TEMANKU, dan seharusnya aku percaya padamu".

Taichou, seandainya kau tahu betapa aku menyayanginya. Jika kau tahu perasaanku yang sebenarnya, aku hanya akan menjadi pengkhianat bagimu. Maaf . . .

"jika aku masih memiliki rasa itu terhadap Rie, aku harus gimana?"

"ga ada. Karena aku ga akan pernah membiarkan Rie jadi milikmu".

"jadi, menurutmu apa nanti aku bisa menjemput Rie jam 7 malem di rumahnya?"

"kurasa ya"

"aku tahu kalau Taichou akan bilang gitu kok. ."

Aku mengenal Taichou, aku tahu yang ada di pikirannya. Pembicaraan tadi hanya untuk meyakinkannya bahwa aku akan tetap menjadi TEMAN baginya, bukan MUSUH. Kata-kata tadi membuat Taichou berpikir, seandainya aku berkhianat sekalipun, aku tak akan pernah menang darinya. Jadi, Taichou yakin, jika aku pergi bersama Rie, itu ga akan berpengaruh samasekali terhadap hubungan Rie-Taichou. Buat Taichou, Rie adalah miliknya, dan selamanya juga akan begitu.

"aku cinta padanya. Kau tahu itu. Aku harap kau mengerti maksudku".

"yah, aku tahu itu . ."

Tapi apa kau tahu Taichou? Menurutku, penilaianmu itu kurang tepat. Nanti kau akan sadar, bahwa aku akan membuat Rie jadi milikku, hanya aku, tanpa kau menyadarinya . .

Jumat, 23 Oktober 2009

The place where I can be myself . .

Aku kesal, kuakui itu. Aku marah, karena ada orang yang menghina Rie. Tapi rasa kesalku justru membuatku sadar akan sesuatu. Seperti sebuah pencerahan yang di dapat dari sebuah pengalaman.

Aku buka handphone milikku. Menulis entri baru yang berbeda dari biasanya . . .

Aku tak habis pikir, kenapa sih orang terlalu terobsesi pada rasa 'cinta'. Sebenarnya, apakah mereka tahu bahwa cinta itu sesuatu yang unik, yang memang Tuhan ciptakan untuk membuat hidup kita 'tak biasa'. Kita bisa merasa senang, sedih, bosan, terluka, penasaran, khawatir, sayang, takut, dan marah karena 'seseorang' yang special bagi kita. Menurut aku sendiri, cinta membuatku mengerti arti menyayangi orang lain, tanpa berusaha membuatnya terluka dengan cara memaksa orang itu agar jadi milikku. Meskipun terkadang ada orang yang tak bisa membedakan antara rasa obsesi ingin memiliki, nafsu, atau rasa yang dinamakan CINTA yang sesungguhnya.

Orang-orang itu tak pernah berpikir bahwa untuk apa sebenarnya kita merasakan cinta. Melihat 'seseorang' kita tersenyum bahagia itu sangat menyenangkan, kau tahu? Aku tak hanya sekedar menulis omong kosong, karena aku memang sudah membuktikannya. Ada sedikit luka ketika aku melihat 'seseorang' itu sedang bersama dengan yang lainnya. Tapi ada kepuasan juga ketika 'seseorang' itu bercerita tentang banyak hal yang membuat dia bahagia.

Berbicara jujur, 'seseorang' itu adalah mantan kekasihku. Aku dan dia menjalani hubungan dengan baik, meskipun akhirnya harus berhenti. Aku dan dia sama-sama melanjutkan hidup. Bedanya adalah, aku tak pernah bisa melupakan dia. Sedang dia sekarang menjadi milik sahabatku. Kami berteman baik sampai sekarang. Bagiku, dia adalah gadis yang paling manis yang pernah ada. Tak banyak menuntutku, menerimaku apa adanya, menyayangiku, dan mengerti keadaanku. Mungkin bagi kalian, ini terdengar klise, tapi untukku dia benar-benar special. Dia adalah milik sahabatku, aku sadar itu. Aku ga akan merebutnya, aku akan membuatnya sadar akan perasaanku dan memilih . .

Kurasa kalian semua tahu, siapa dia. dia adalah orang yang selalu kusebutkan di blog ini. Rie, itulah namanya. Dan aku sangat menyayanginya . . .

Dalam sekejap, semua tulisan itu sudah masuk dalam blog rahasiaku. Semua isinya hanya tentang 'aku' yang sebenarnya . .

Kamis, 22 Oktober 2009

The antagonist one . .

Kau tahu?

Percakapan di kantin kampus tadi serasa memberiku semangat yang lebih. Yah, percaya atau tidak tapi merasakan hal yang dinamakan CINTA memang menambah adrenalin dalam otakmu. Tak bisa berhenti, energi terasa menggelegak dalam tubuhmu. Saat ini, aku nyaris merasa dunia sedang berpihak padaku. Namun tahukah kalian? Bahwa Tuhan memang punya rencana yang lain kepadaku.

"hei!"

Kurasakan tangan seseorang menepuk pundakku. Bukan Rie, aku sangat yakin akan itu. Sentuhan tangannya terasa berbeda. Tentu saja aku dapat membedakannya. Percaya atau tidak, tapi jika kau memiliki rasa cinta pada seseorang, kau pasti bisa merasakan kehadirannya di dekatmu. Dan ternyata, aku memang benar. Itu bukan Rie, tapi Mika . .

"hei juga"

Keberuntungan dan adrenalinku lenyap. Aku tak pernah bisa merasa nyaman saat bersama wanita ini. Bagiku dia lebih mirip 'musibah' daripada anugerah. Menurutku dia juga menyusahkan, karena menurut Rie dia adalah orang yang sedang dekat denganku. Tapi tentu saja itu hanya kesalahpahaman saja. Dia juga 'hama' dalam hubungan Rie dan Taichou. Mudah saja mengetahui itu, karena dia terlihat amat sangat menyukai Taichou (hanya saja, Rie kurang peka terhadap ini . .)

"Cuma mau memasikan aja, apa kamu udah tahu kalo tadi malem Rie pergi jalan ma Taichou?"

"hum, yah. Aku udah tahu, tadi Rie cerita ko. Dia terlihat senang, dan aku suka melihatnya begitu. Tapi, kurasa kau samasekali tak berpikir begitu kan?"

"kau kan tahu, aku tak bisa sepertimu. Buatku, Rie itu menyusahkan. Dia tak berhak ada di samping Taichou. Aku yang mengenal Taichou sebelum dia. Dulu, dia nyaris jadi milikku. Sampai kau putus dengan Rie, dan menghancurkan semua rencanaku. Mengingat semuanya cuma bikin aku jadi muak!"

Dan apakah kau tahu Mika?

Berbicara denganmu membuatku jauh merasa lebih bosan dan muak. Kurasa itulah sebabnya Taichou memilih Rie, bukan kau.

"semua omonganmu rasanya lucu Mika! Semua yang kau bilang itu hal yang sudah 'dulu'. Pernah ga kamu mikir, seandainya Taichou ga kenal Rie sekalipun, apa dia akan memilihmu? Seandainya aku ga putus dengan Rie, apa iya Taichou nerima kamu jadi 'seseorang' baginya? Aku yakin, masih ada banyak alasan kenapa semua jadi seperti ini. Kurasa kamu harus mempertimbangkan semua kemungkinan kan."

"terserah mau ngomong apa. Aku cape denger ceramah dari kamu. Terang aja kamu bela si Rie, dia kan orang yang kamu suka. Kamu udah buta, ga bisa lihat kenyataan Rie itu bukan pacar kamu lagi! Kalo kamu ga usaha, sia-sia mengharap dia. Pikir yang logis dong!"

Aku memang sudah buta, buta karena cinta. Tapi aku hanya ingin dia bahagia, itu saja. Bukan berarti aku tak berusaha. Aku tak perduli, Rie bersama siapa, asalkan dia tetap seperti ini, seperti Rie yang kukenal dan membuatku jatuh cinta.

Tapi omongan Mika membuatku sangat marah, hampir memancing emosiku. Dia tak salah, tapi bukan berarti dia benar tentang semuanya . .

"bukannya semua omongan itu lebih tepat untukmu aja? Lucu banget kamu nyoba nasehatin aku, sementara kamu ga liat keadaanmu sendiri. Terkadang, aku merasa sangat kasihan padamu".

"jaga omongan kamu yah!! Aku bakal buktiin, Taichou cuma milikku!! Aku akan pastiin dia kembali padaku!!"

Rabu, 21 Oktober 2009

That’s why I love you . .

Kantin kampus terasa sepi. Sikap diamnya menyakitkanku. Atau mungkinkah sikap diamku yang menyakitkannya?

"Rie, maaf yah tadi omonganku kasar sama kamu"

"hum, aku yang salah sih. Harusnya aku yang minta maaf sama kamu. Tapi, kita tetep jadi jalan-jalan ke tempat bintang kan? Aku takut kalo kamu berubah pikiran, soalnya aku benar-benar ingin kesana ma kamu".

" Aku ga pernah kesana lagi, sejak kejadian itu. Bagiku, nyaris tak ada alasan untuk pergi kesana lagi. Dulu aku pernah berkata sesuatu, aku ga tahu kamu masih inget atau ga sih. Tapi itu bukan hal yang penting lagi sekarang. Aku . . ."

Aku tak bisa meneruskan kata-kataku. Dia merebut bagianku berbicara. Ciri khas Rie, yang tak pernah hilang sampai sekarang.

"aku inget ko. Kamu pernah bilang gini ke aku, 'aku ga akan pergi ke tempat ini kalo bukan sama kamu'. Dan aku tahu, kamu memang ga pernah lagi kesana. Aku kenal kamu dari dulu. Jadi aku bisa memastikan kalo kamu bakal ngelakuin apa yang kamu bilang. Tapi tempat bintang adalah tempat favoritmu kan? Bukan alasan untuk menolaknya. Apalagi, kamu sempat berkata 'oke, ntar aku jemput jam 7 malem di rumahmu yah'. Apa itu bukan cukup bukti kalo sebenarnya kamu juga ingin kesana? Aku cuma mau kamu bicara jujur sama aku. Kita emang udah bubar, tapi kita bukan musuh kan? Aku merasa kamu melihatku seperti bakteri, menjauhiku karena aku berbahaya bagimu. Kenapa?"

Aku terhenyak. Dia masih sama seperti dulu. Cara berbicara yang berurutan, teoritis dan mematikan kata-kata dariku. Argumenku nyaris tak berguna didepannya. Dia selalu memperhatikan setiap detil kecil yang ada. Semua hal ini adalah alasan kenapa aku menyukainya. Dia tahu, kalo selama ini aku memang menjauh darinya, membuat ruang pembatas antara aku dan dia. Tapi, dia tak tahu, kalo sebenernya aku MASIH SANGAT MENCINTAINYA . .

"aku ga pernah bisa Rie, menolak apa yang jadi maumu"

Entah angin apa yang membuatku mengabulkan permintaanya. Aku pasti sudah gila, karena aku memang memutuskan untuk datang ke rumahnya tepat jam 7 malam ini. Perjuanganku selama ini untuk melupakannya tak berarti lagi. Aku tak perduli, apakah dia adalah 'seseorang' bagi temanku, atau tidak. Aku letih membohongi perasaanku sendiri. Dia juga merupakan 'seseorang' bagiku. Seseorang di masa laluku, seseorang di kehidupanku sekarang.

"makasih yah. Oke! Sekarang aku balik ke rumah dulu yah, jangan lupa yah, jam 7 malem ke rumahku. Awas kalo telat!! Ja ne !"

Kubalas kata-katanya dengan senyumku. Udara kampus terasa lebih sejuk bagiku. Sikapnya seakan memberiku harapan. Aku kini memiliki tujuan, mendapatkannya kembali jadi milikku lagi. Bukan hanya menuliskannya saja, dan berharap. Tapi, aku akan buat dia tahu perasaanku yang sebenarnya. Aku tak akan merebutnya dari taichou, aku akan membuat dia menilai dan menentukannya sendiri. Dia cukup bijaksana untuk itu. Karena aku tahu, itulah sebabnya aku mencintainya sampai sekarang.

I felt melancholy from my last lost love . .

Aku, nyaris terlupakan olehmu Rie . . .

Aku, bahkan tak tahu lagi harus menjadi orang yang seperti apa didepanmu ,

Menjadi diriku sendiri, atau menjadi orang yang kau suka . .

Well, tulisan ini mulai aneh Rie ,

Tapi semua ini menjadi tak berarti lagi

Sejauh apapun aku mencoba memahaminya, kau memang bukan milikku . .

Padahal aku yang lebih dulu mengenalmu sebelum dia ,

Aku yang lebih mengetahui rasa sakit dihatimu

Aku adalah orang yang selalu ingin kau bahagia

Tapi aku adalah orang terbodoh yang pernah ada Rie . .

Karena aku, terlalu takut untuk mengungkapkannya padamu ,

Sampai kau, diambil dariku . . .

"aku nyaris gila karenamu . . . ", kuucapkan kata penuh penyesalan di hatiku. "Lagi-lagi, ini hanya akan menjadi surat rahasiaku padamu. Aku terlalu takut jika kau tinggalkan, aku terlampau malu untuk mengungkapkan, aku tak bisa menerka apa isi hatimu, aku tak tahu kau menganggapku apa, dan aku terlalu menyayangimu, Rie", tulisku di blog rahasiaku.

Kamis, 17 September 2009

"ohayou minna-chan !!! Ogenki desuka ?" ,langsung kupastikan pemilik suara itu. Suara yang selalu membuatku tak bisa tenang, karena jantungku berdegup terlalu kencang. Kuputuskan untuk menjawab salamnya, berharap dia akan tersenyum padaku, membuat hariku lebih berwarna lagi.

"ohayou Rie. Tadi malem kamu jadi pergi ma taichou yah ?"

"hum, yah aku jalan-jalan ma taichou ke tempat bintang. Aku kangen banget pemandangan disana. Terakhir aku pergi kesana kan ma kamu sekitar setengah tahun lalu. Momen terakhir, yah udahlah ga usah inget lagi. By the way, aku pengen pergi kesana, ma kamu . ."

Kau membuatku nyaris patah mendengarnya, kau tahu Rie? Betapa aku sudah mencoba menghapus kenangan yang selalu membuatku menyesal, karena melepasmu dengan begitu mudahnya. Dan sekarang, kau bilang ingin pergi kesana denganku? Aku tak tahu, kau ingin membuatku tersiksa atau merasa senang.

"kapan-kapan, mungkin. Tugasku hampir ga bisa nunggu lagi, Rie. Lagipula aku ga akan bisa mengajak orang special untuk sahabatku kan. Taichou yang terpenting Rie, dia ga akan punya banyak waktu lagi untuk sama ma kamu. Dia akan pindah, kau tahu itu. So, manfaatin waktu saat bisa sama dia dong" .

"iya sih. Tapi kan kalo cuma pergi ke tempat bintang ma kamu, aku rasa taichou ga akan marah ko. Kita udah lama kenal, jauh sebelum aku kenal dia. Dia juga tahu kan, aku ma kamu cuma temen sekarang. Dulu sih dulu, iya udah lupain aja. Palingan kamu yang ga mau jalan ma aku kan? Takut kalo mika-san cemburu yah?"

Rie. . . Rie . . . Rie . . .

Harus gimana lagi supaya kamu bisa baca hatiku, Rie? Aku pengen kamu denger, kamu tahu yang sebenarnya. Cuma kamu, ga akan pernah ada yang lain.

"hum, ntar malem gimana? Aku jemput ke rumah kamu jam 7 malem yah".

"oke! Ntar aku kasi tahu taichou kalo aku mau pergi ma kamu. Takutnya dia mikir macem-macem gitu ma kita. Oh, ntar kita beli es juice di tempat langganan kita dulu yah. Seneng rasanya, kayak memutar waktu. Ternyata bukan hal mustahil kan, mengembalikan keadaan jadi nyaris sama dengan yang dulu"

Nyaris sama kau bilang? Bagiku tak ada yang sama. TAK SERUPA APALAGI SAMA !! Kau bukan milikku lagi, itu tak sama. Kau milik oranglain ,itu tak sama. Kau hanyalah temanku, itu tak sama. Tempat bintang bukan lagi tempat special kau dan aku, itu tak sama. Kau tak lagi ada rasa CINTA padaku, itu samasekali tak sama Rie !!

"oke, tapi jangan minta juice yang aneh yah. Aku sekarang udah ga berkewajiban memenuhi semua maumu lagi Rie. Itu tak sama dengan yang dulu, kalau kau mau tahu . ."

"iya deh. Aku tahu ko. Aku dulu memang sering bikin kamu susah yah. Maaf deh kalo gitu".

"daijoubu ne".

Percakapan terhenti. Aku membuatnya terluka. Lagi dan lagi . .

Selasa, 06 Oktober 2009

hiks . . . hiks . . .

flashdisk rie ilang lagii . . . .
menyedihkan . . .
padahal tuh flashdisk penting banged isinyaa ~ ~ ~
hue . .