Kamis, 22 Oktober 2009

The antagonist one . .

Kau tahu?

Percakapan di kantin kampus tadi serasa memberiku semangat yang lebih. Yah, percaya atau tidak tapi merasakan hal yang dinamakan CINTA memang menambah adrenalin dalam otakmu. Tak bisa berhenti, energi terasa menggelegak dalam tubuhmu. Saat ini, aku nyaris merasa dunia sedang berpihak padaku. Namun tahukah kalian? Bahwa Tuhan memang punya rencana yang lain kepadaku.

"hei!"

Kurasakan tangan seseorang menepuk pundakku. Bukan Rie, aku sangat yakin akan itu. Sentuhan tangannya terasa berbeda. Tentu saja aku dapat membedakannya. Percaya atau tidak, tapi jika kau memiliki rasa cinta pada seseorang, kau pasti bisa merasakan kehadirannya di dekatmu. Dan ternyata, aku memang benar. Itu bukan Rie, tapi Mika . .

"hei juga"

Keberuntungan dan adrenalinku lenyap. Aku tak pernah bisa merasa nyaman saat bersama wanita ini. Bagiku dia lebih mirip 'musibah' daripada anugerah. Menurutku dia juga menyusahkan, karena menurut Rie dia adalah orang yang sedang dekat denganku. Tapi tentu saja itu hanya kesalahpahaman saja. Dia juga 'hama' dalam hubungan Rie dan Taichou. Mudah saja mengetahui itu, karena dia terlihat amat sangat menyukai Taichou (hanya saja, Rie kurang peka terhadap ini . .)

"Cuma mau memasikan aja, apa kamu udah tahu kalo tadi malem Rie pergi jalan ma Taichou?"

"hum, yah. Aku udah tahu, tadi Rie cerita ko. Dia terlihat senang, dan aku suka melihatnya begitu. Tapi, kurasa kau samasekali tak berpikir begitu kan?"

"kau kan tahu, aku tak bisa sepertimu. Buatku, Rie itu menyusahkan. Dia tak berhak ada di samping Taichou. Aku yang mengenal Taichou sebelum dia. Dulu, dia nyaris jadi milikku. Sampai kau putus dengan Rie, dan menghancurkan semua rencanaku. Mengingat semuanya cuma bikin aku jadi muak!"

Dan apakah kau tahu Mika?

Berbicara denganmu membuatku jauh merasa lebih bosan dan muak. Kurasa itulah sebabnya Taichou memilih Rie, bukan kau.

"semua omonganmu rasanya lucu Mika! Semua yang kau bilang itu hal yang sudah 'dulu'. Pernah ga kamu mikir, seandainya Taichou ga kenal Rie sekalipun, apa dia akan memilihmu? Seandainya aku ga putus dengan Rie, apa iya Taichou nerima kamu jadi 'seseorang' baginya? Aku yakin, masih ada banyak alasan kenapa semua jadi seperti ini. Kurasa kamu harus mempertimbangkan semua kemungkinan kan."

"terserah mau ngomong apa. Aku cape denger ceramah dari kamu. Terang aja kamu bela si Rie, dia kan orang yang kamu suka. Kamu udah buta, ga bisa lihat kenyataan Rie itu bukan pacar kamu lagi! Kalo kamu ga usaha, sia-sia mengharap dia. Pikir yang logis dong!"

Aku memang sudah buta, buta karena cinta. Tapi aku hanya ingin dia bahagia, itu saja. Bukan berarti aku tak berusaha. Aku tak perduli, Rie bersama siapa, asalkan dia tetap seperti ini, seperti Rie yang kukenal dan membuatku jatuh cinta.

Tapi omongan Mika membuatku sangat marah, hampir memancing emosiku. Dia tak salah, tapi bukan berarti dia benar tentang semuanya . .

"bukannya semua omongan itu lebih tepat untukmu aja? Lucu banget kamu nyoba nasehatin aku, sementara kamu ga liat keadaanmu sendiri. Terkadang, aku merasa sangat kasihan padamu".

"jaga omongan kamu yah!! Aku bakal buktiin, Taichou cuma milikku!! Aku akan pastiin dia kembali padaku!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar